Lu’luul Mukarromah
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
Cienta_ayank26@yahoo.com
Abstrak
Erotisme, pada umumnya selalu dikaitkan dengan persoalan seputar seks. Di dalam kenyataan, hal ini sesungguhnya tidak benar memang, sangat sering alat-alat kelamin atau perilaku alat-alat kelamin itu dinyatakan secara lugas maupun samar, tetapi cara yang sedemikian itu hanya semacam pintu masuk ke sesuatu tujuan. Tujuan itu, sangat bergantung pada kepentingan seseorang. Pada dasarnya erotisme dalam berbahasa tidak dapat didefinisikan secara umum. Erotisme dalam sebuah teks adalah penggambaran secara keabsahan tindakan, keadaan, atau suasana yang berkaitan dengan hasrat seksual. Jadi, tindakan seksual bukanlah tindakan yang digambarkan secara visual melainkan secara verbal. Timbulnya nafsu birahi pada pembaca adalah pembaca yang menafsirkan teks yang bersangkutan sehingga menimbulkan dampak erotis terhadapnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, teknik dokumentasi adalah teknik mengambil data yang sudah ada dalam Tabloid Memo pada edisi 253 Minggu I Juni sampai edisi 260 Minggu IV Juli 2012. Teknik penganalisisan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah content analysis, sedangkan prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Reduksi data, Klasifikasi data, Interpretasi data, Deskripsi,.Kata Kunci :Erotisme, Tabloid Memo.
Abstract
Eroticism, in general, has always been associated with issues surrounding sex. In reality, it is not really true indeed, very often genitals or genitals behavior is expressed in a straightforward and vague, but in such a way that it just kind of entrance to some purpose. That purpose, depends on an interest. Basically, eroticism in language can not be defined in general. Eroticism in a text is a depiction of the validity of the act, condition, or mood associated with sexual desire. Thus, the sexual act is not an act but a visually described verbally. The emergence of lust on the reader who is interprets this text is influence it. The main of erotic is erotic desire. Erotic text should not directly lead to libido, but also based on the desire libido. Judging from erotic text sentence structure can formed a sentence that is called “action”. An example of it is, “the passionate embrace of Didi who had become his wife”. From that sentence of an erotic sentences, the text that describes the erotic activity. However, the text may not necessarily erotic impact. The method used in this research is descriptive qualitative. The technique used in this study is documentation, documentation technique is the technique of taking an existing record in the 253 edition of the tabloid Memo on First Week of June to Sunday IV edition of 260 in July 2012. Technique of analyzing the data used in this study is content analysis, while the data collection procedures used in this study are: data reduction, classification data, interpretation of data, description.Keywords: Eroticism, Memo Magazine
PENDAHULUAN
Pada dasarnya berita terjadi karena media massa tidak berada di ruang vakum. Media sesungguhnya berada di tengah realitas sosial yang sarat berbagai kepentingan, konflik, dan fakta yang kompleks dan beragam. Menurut Antonio Gramsci (dalam Sobur,2001:30) mengatakan media sebagai ruang di mana berbagai ideologi direpresentasikan. Ini berarti, di satu sisi media bisa menjadi sarana control atas wacana publik. Namun di sisi lain, media juga bisa menjadi alat resintensi terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan ideology dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus bisa menjadi instrument perjuangan bagi kaum tertindas.Media kerap kali dituduh sebagai bias dalam memilih informasi yang untuk dipublikasikan atau disiarkan dan pengolahan informasi mereka. Bias media sebagai dalih merupakan salah satu isu paling mengganggu mengenai media massa di masyarakat dan ini merupakan isu yang pada khususnya berhubungan dengan perusahaan dan organisasi yang melemparkan organisasi atau perusahaan tersebut pada belas kasihan media dalam wawancara, konferensi pers, dan selama kontak lainnya.
Fakta peristiwa biasanya di sajikan lewat bahasa bukanlah sesuatu yang bebas nilai.Bahasa tidak netral, dan uniknya tidak pula sepenuhnya dalam control kesadaran. Karena itu bias yang berasal dari bahasa sesungguhnya adalah bias yang paling berbahaya.
Erotisme, pada umumnya selalu dikaitkan dengan persoalan seputar seks. Di dalam kenyataan, hal ini sesungguhnya tidak benar memang, sangat sering alat-alat kelamin atau perilaku alat-alat kelamin itu dinyatakan secara lugas maupun samar, tetapi cara yang sedemikian itu hanya semacam pintu masuk ke sesuatu tujuan. Tujuan itu, sangat bergantung pada kepentingan seseorang ( Wahyudi, 1994:67).
Erotisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1992) didefinisikan sebagai (1) keadaan bangkitnya nafsu birahi; (2) keinginan akan nafsu seks secara terus menerus. Sedangkan di dalam bahasa Inggris (The American Heritage Dictionary 1985), eroticism didefinisikan sebagai (1) an eroticquality or theme; (2) sexual excitement; (3) abnormally persistent sexualexcitement. Dari tiga definisi dalam bahasa Inggris, definisi (2) dan (3) sesuai dengan apa yang ada dalam KBBI. Pada definisi (1) terkandung sifat dan tema.
Dalam Bahasa Perancis (Kamus Lexis 1979) pun mempunyai pengertian yang sama dengan bahasa Inggris. Namun pada kata erotisme ada bagian yang penting yaitu "sous-tendus par le libido" yang berarti "didasari oleh libido" atau "diilhami oleh libido". Sedangkan libido dalam KBBI diartikan sebagai "nafsu birahi yang bersifat naluri". Kata libido ini berasal dari bahasa Latin 'desir' yang berarti 'keinginan', 'hasrat'.
Sehingga dengan demikian erotisme berkaitan erat dan bahkan didasari oleh libido yang dalam perkembangan selanjutnya teraktualisasi dalam keinginan seksual. Sekarang mari kita kaitkan dengan pornografi yang juga didasari oleh hal-hal yang berkaitan dengan nafsu seksual.
Dalam KBBI, pornografi didefinisikan "(1) penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi; (2) bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu birahi dalam seks." Definisi ini sejalan dengan definisi pornography (The American Heritage Dictionary, 1985), yaitu the presentation ofsexually explicit behavior, as in photograph, intended to arouse sexualexcitement.
Bertolak dari definisi di atas, kita dapat melihat ada kaitan antara erotisme dan pornografi.Namun terlihat juga perbedaan diantara keduanya.Kata kuncinya disini adalah libido, nafsu birahi, nafsu seksual. Perbedaannya dalam erotisme, libido merupakan dasar atau ilham untuk menggambarkan sesuatu yang lebih luas (misalnya konsep cinta , perbedaan antar jenis, atau masalah yang timbul dalam interaksi sosial), sedangkan dalam pornografi yang menonjol adalah penggambaran secara sengaja tingkah laku seksual dengan tujuan membangkitkan nafsu seksual.
Kalau ditelusuri asal kata erotisme dan pornografi berasal dari kata Yunani. Erotisme dari kata Yunani kuno Eros, yaitu "nama dewa cinta, putera Aphrodite", sedangkan pornografi berasal dari bahasa yang sama yaitu porne yang berarti "pelacur" dan graphein "menulis".
Terlihat makna erotisme lebih mengarah pada "penggambaran perilaku, keadaan atau suasana yang didasari oleh libido dalam keinginan seksual", sedangkan makna pornografi lebih cenderung pada "tindak seksual yang ditonjolkan" untuk membangkitkan nafsu birahi. Pornografi dalam bahasa Perancis "representation des chose obscenes en matiere litteraire ou artistique;publications obscenes" lebih melihat sifat "kasar" yang ada dalam pornografi, yaitu penyajian hal-hal yang cabul dalam sastra atau seni; penerbitan cabul. Sedangkan menurut KBBI cabul didefinisikan sebagai "keji dan kotor, tidak senonoh (melanggar kesopanan, kesusilaan).
Erotisme tidak mempunyai makna dasar "cabul", melainkan menggambarkan perilaku, keadaan, atau suasana berdasarkan atau berilhamkan "libido dan seks".Sebaliknya pornografi mempunyai makna dasar "cabul", "tidak senonoh" dan "kotor".Perbedaan makna dasar ini penting agar dapat lebih memahami makna erotisme.
Sering dikatakan orang antara erotisme dan pornografi terdapat perbatasan yang samar atau bahkan wilayah maknanya sebagai tumpang tindih. Masalah ini juga dihadapi pada penelitian pornografi dalam pers Indonesia (Rachim, 1977).Hal itu karena dalam pornografi selalu ada erotisme, tidak semua yang erotis itu pornografis.Oleh karena itu, dalam membicarakan erotisme dan pornografi terpaksa melihatnya sebagai suatu continuum yang bergeser dari satu ujung (erotisme) ke ujung lainnya (pornografi).
Permasalahan ini akan lebih bermakna lagi apabila menyentuh segi normatif, baik itu yang bersifat sosial maupun yang bersifat hukum. Contoh yang menarik adalah pengertian ponografi dalam pers. Dalam laporan penelitiannya yang berjudul Pornografi dalam Pers Indonesia. Rachim (1977:67-100) menggambarkan SPS (Serikat Pekerja Suratkabar) dalam kongresnya ke VIII di Medan (September 1953) memutuskan dibentuknya "Panitia Susila Pers" yang tugasnya adalah "membuat ancar-ancar cara memelihara adab susila sebagai dasar periklanan dan reklame dalam surat-surat kabar dan majalah" Menurut tulisan itu, bacaan cabul mulai dipersoalkan pada tahun 1953, yaitu antara lain dalam Harian Rakyat yang menyebutkan "gambar saling berciuman" sebagai buku-buku bacaan cabul" (Rachim 1977).
Berbagai persoalan mengenai pornografi dalam pers dikemukakan dalam berbagai kesempatan. Namun ada contoh yang jika ditinjau dari pilihan kata dan kalimat yang digunakan, tidak jelas apakah sekedar erotisme atau pornografi. Yang dipersoalkan adalah kenyataan adanya surat kabar yang menyajikan berita tentang peristiwa yang berkaitan dengan hubungan seksual. Di sini kita berhadapan dengan kebudayaan masyarakat pembaca surat kabar. Suatu berita dinilai pornografis atau erotis berdasarkan pandangan masyarakat pembaca berita itu.
Tabloid adalah 1 surat kabar ukuran kecil (setengah dari ukuran surat kabar biasa) yang banyak memuat berita secara singkat, padat, dan bergambar, mudah dibaca umum; surat kabar sensasi; surat kabar kuning; 2 tulisan dalam bentuk ringkas dan padat (tentang kritik, paparan, dan sebagainya) (http//:istilahkata.com/tabloid.html di unggah pada tanggal 22 Juli 2012 jam 21.30)
Pada dasarnya erotisme dalam bahasa tidak dapat didefinisikan secara umum.Erotisme dalam sebuah teks adalah penggambaran secara kebahasaan tindakan, keadaan, atau suasana yang berkaitan dengan hasrat seksual.Jadi tindakan seksual itu bukanlah tindakan yang digambarkan secara visual melainkan secara verbal.Namun erotisme yang dilukiskan itu tidak selalu harus atau ditujukan untuk mengabaikan timbulnya hasrat birahi atau nafsu seksual pada pembacanya.Timbulnya nafsu seksual pada pembaca adalah karena pembaca menafsirkan teks yang bersangkutan sehingga menimbulkan dampak erotis padanya (1994:6).
Selanjutnya Wahyudi (1994:6) menambahkan bahwa berbicara teks erotis ada 2 hal yang dapat mempengaruhi pembacanya, antara lain
(1) Teks tentang tindakan, keadaan, atau suasana erotis yang di sebut sebagai “teks erotis”
(2) Teks yang menimbulkan akibat erotis pada pembaca yang di sebut sebagai “teks berdampak erotis”. Teks yang berdampak erotis pada pembaca adalah teks yang berkaitan dengan tindakan, keadaan, atau suasana erotis atau teks erotis.
Menurut Jean (dalam wahyudi,1994:13) mengatakan bahwa teks erotis adalah hasrat.Teks erotis tidak harus secara langsung mengacu pada libido, tetapi pada hasrat yang didasari oleh libido.Ditinjau dari struktur kalimatnya (secara sintagmatis) teks erotis bisa berbentuk kalimat yang menggambarkan “adegan” erotis.
Anggapan bahwa tentang erotisme dalam bahasa adalah jenis teks erotis, yakni teks yang menggambarkan kegiatan erotis, namun belum tentu teks tersebut memberikan dampak erotis kepada pembacanya, oleh karena itu, analisis linguistik harus terus beriringan dengan analisis semiotik agar dapat berbicara tentang dampak teks tersebut pada pembacanya (Wahyudi,1994:16).
Menurut Pierce (dalam Wahyudi,1994:17) mengatakan bahwa semiosis erotis adalah proses interpretasi yang menentukan apakah sebuah unsur kebahasaan itu erotis atau nonerotis. Membaca teks erotis secara terpisah-pisah membuat kata yang dianalisis tersebut menjadi lebih “terbuka” pada kemungkinan proses interpretansi. Jika kata-kata tersebut di rangkai secara tertentu, maka keadaannya akan berbeda. Oleh karena itu dalam menganalisis teks erotis jangan memenggal satu-satu kata.
Teks adalah karya yang terbuka yaitu terbuka untuk berbagai penafsiran (proses interpretasi). Jadi semiosis yang terjadi pada kata-kata secara terpisah dapat berlanjut secara tak terbatas, demikian pula semiosis yang terjadi secara keseluruhan. Semiosis berlanjut mengikuti waktu dan pengalaman seseorang atau kelompok masyarakat (Eco dalam Wahyudi,1994:18).
METODE
Dalam penelitian Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Dalam penelitian ini data yang akan dipergunakan berupa kutipan, kata-kata, frasa, klausa, dan kalimat dalam tabloid Memo edisi 253 Minggu I Juni sampai edisi 260 Minggu IV Juli 2012.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi, teknik dokumentasi adalah teknik mengambil data yang sudah ada dalam tabloid Memo pada edisi 253 Minggu I Juni sampai edisi 260 Minggu IV Juli 2012, dengan menggunakan cara:
Teknik baca: Teknik yang dilakukan dengan cara membaca data secara seksama dan penuh konsentrasi.
Teknik catat: Teknik yang dilakukan dengan cara mencatat data yang sudah sesuai dengan rumusan masalah.
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara membaca berulang-ulang tabloid Memo edisi 253 Minggu I Juni sampai edisi 260 Minggu IV Juli 2012, menggaris bawahi kalimat yang menggambarkan tentang erotisme dalam Tabloid Memo edisi 253 Minggu 1 Juni 2012 sampai edisi 260 Minggu IV Juli 2012, menyeleksi kalimat-kalimat yang kurang menggambarkan erotisme dalam Tabloid Memo edisi 253 Minggu 1 Juni 2012 sampai edisi 260 Minggu IV Juli 2012.
Teknik penganalisisan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah contentanalysis, contentanalysis adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru replicable dan sahih data dengan memperhatikan konteknya. Sebagai suatu teknik penelitian, content analysis mencakup prosedur-prosedur khusus untuk pemprosesan data ilmiah dapat dilihat pada bagian “Hasil dan Pembahasan”.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Erotisme Dalam Bahasa Pada Tabloid Memo
Teks erotis adalah hasrat.Teks erotis tidak harus secara langsung mengacu pada libido, tetapi pada hasrat yang didasari oleh libido.Ditinjau dari struktur kalimatnya (secara sintagmatis) teks erotis bisa berbentuk kalimat yang menggambarkan “adegan” erotis.Anggapan bahwa tentang erotisme dalam bahasa adalah jenis teks erotis, yakni teks yang menggambarkan kegiatan erotis, namun belum tentu teks tersebut memberikan dampak erotis kepada pembacanya, oleh karena itu, analisis linguistik harus terus beriringan dengan analisis semiotik agar dapat berbicara tentang dampak teks tersebut pada pembacanya (Wahyudi,1994: 13-16).
Erotisme Remaja (Anak Sekolah)
Siswi SMP digilir teman sekolah (Memo edisi 253 Juni 2012 halaman 5).
Anggapan teks di atas adalah teks erotis, yakni teks yang menggambarkan kegiatan erotis atau hubungan intim laki-laki perempuan.Namun belum tentu teks tersebut memberikan dampak erotis kepada pembacanya.Oleh karena itu analisis semiotik diperlukan agar bisa menyebut teks di atas adalah teks erotis.Secara terpisah kata digilir secara paradigmatis berkaitan dengan kegiatan yang dikerjakan secara bergantian oleh seseorang.Dalam hal ini kata digiliradalah sebuah unsur yang mengandung teks erotis. Berdasarkan pengalaman pembaca, penafsiran digilir erotis yang mempunyai makna melakukan hubungan intim secara bergantian dengan orang lain atau teman.
Erotisme Remaja
Eni mengaku telah berhubungan badan dengan laki-laki itu sebanyak dua kali (Memo edisi 253 Juni 2012 halaman 4).
Teks atau kalimat di atas adalah teks erotis adalah kata “berhubungan badan” yang memberikan gambaran tentang hubungan intim antara laki-laki dan perempuan. Teks erotis adalah sebuah teks yang menimbulkan keinginan (hasrat) akan sesuatu. Akan tetapi dalam menganalisis teks tersebut tidak berhenti sampai di sisni.Marilah analisis secara satu persatu kata yang terdapat dalam kutipan di atas.Kata berhubungan yang dikaitkan dengan kata badan dan selanjutnya dengan kata Eni sebagai objek serta kata laki-laki (sebagai subjek).Dapat dipandang sebagai segi paradigma.Kata berhubungan berkaitan dengan melakukan sesuatu yang harus dilandasi dengan libido.Kata badan lebih kearah objek yang menjadi sasaran libido.Jadi kata-kata atau kalimat di atas mengandung unsur erotis sebab dipandang dari libido yang mengakibatkan fantasi bagi pembacanya.
Erotisme Rumah Tangga
Saat itu sedang hangat-hangatnya bercinta sehingga lupa segalanya (Memo edisi 253 Juni 2012 halaman 23).
Teks di atas adalah teks erotis sebab mengandung gambaran bagaimana hubungan intim dari laki-laki dan perempuan saat melakukan hubungan pada umumnya suami istri, Terlepas dari wacana tulis yang sengaja di buat oleh tim redaktur tabloid Memo, pesan yang di sampaikan merupakan konsultan hubungan intim antara suami dan istri dalam melakukan seks, kata-kata hangat-hangatnya bercinta sehingga lupa segalanya dalam kerangka acuan wacana “hubungan intim” dapat menimbulkan fantasi yang bersifat erotis bagi para pembacanya. Fantasi muncul seiring dengan pemahaman bahasa serta pengalaman dan ilmu pengetahuan yang di miliki oleh para pembaca.
Erotisme Laki-Laki (Pelaku Utama)
Bila wanita menyentuh area yang sensitif, hal ini merupakan tanda bahwa dia telah terangsang dan dalam suasana hati untuk bercinta (Memo edisi 254 Juni 2012 halaman 27).
Wacana tabloid yang ingin di sampaikan melalui teks erotis tersebut tentunya merupakan ajakan untuk terus membeli taboid Memo serta terus membacanya, terlepas dari tujuan pengiriman pesan yang salam hal ini lebih merupakan konsultan kesehatan, kata-kata wanita menyentuh area yang sensitif, terangsang, bercinta, dalam peta konsep yang di ajukan oleh wacana “hubungan antara suami istri” sehingga menimbulkan fantasi yang bersifat erotis bagi para pembacanya. Fantasi yang timbul selain terletak pada pengalaman, pengetahuan terutama dibentuk oleh kerangka acuan wacana tersebut.
Erotisme Perempuan (Pelaku Utama)
10 cara agar wanita mudah mencapai klimaks (Memoedisi 253 Juni 2012 halaman 27).
Teks di atas mengambarkan cara bagaimana perempuan bisa mencapai klimaks. Kata klimaks menurut KKBI adalah puncak dari sesuatu hal, kejadian. Jadi kalau diartikan secara harfiah kalimat di atas menunjukkan cara bagaimana perempuan mencapai kenikmatan yang memuncak dalam melakukan hubungan intim dengan laki-laki.
PENUTUP
Simpulan
Erotisme dalam bahasa terutama tercipta karena keserasian antara pemilihan kata dengan kerangka acuan wacana, sehingga melahirkan makna erotis dalam membaca kalimat yang terdapat dalam tabloid Memo. Tabloid Memo sebagai tabloid orang dewasa yang menyajikan teks dan gaambar yang di tujukan untuk orang-orang dewasa, teks yang ada di tabloid Memo sebagian besar adalah teks erotis yang mengundang hasrat dan birahi bagi yang membacanya, dalam taboid Memo teks erotis berupa kejadian-kejadian yang berupa erotisme remaja, erotisme remaja (Anak Sekolah), erotisme rumah tangga, erotisme laki-laki (pelaku utama), erotisme perempuan (pelaku utama).
Saran
Saran yang dapat peneliti berikan pada semua yang di hasilkan dalam karya tulis oleh anak bangsa patut kita beri apresiasi lebih. Karena mereka telah menyalurkan sebuah imajinasi dengan cara menulis, sehingga dapat di nikmati oleh semua lapisan masyarakat, semua karya sastra itu bagus tergantung pada yang akan menilai karya itu dari sudut pandang mana.
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi untuk penelitian berikutnya dengan menggunakan pendekatan yang lain dalam menganalisis Tabloid Memo.
Selain hal di atas, Penulis juga menyarankan agar Tabloid Memo dianalisis lebih lanjut, karena setiap analisis dari subyek yang berbeda dengan objek yang sama karena menemukan temuan-temuan baru.
Bagi guru, peneliti menyarankan agar hasil dari penelitian ini dapat di jadikan sebagai salah satu referensi untuk bahan ajar, khususnya materi yang berkaitan dengan pembelajaran pragmatik khususnya kesantunan berbahasa.
Bagi para pembaca, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut, khususnya tabolid Memo yang membahas tentang erotisme bahasa guna mengembangkan dunia kebahasaan dan penambahan wawasan tentang kebahasaan.
DAFTAR PUSTAKA
Muntaqo, Lutfan. 2006. Pornografi Definisi dan Kontroversi. Yogyakarta: Jagad Media.Sobur, Alex. 2011. AnalisisTeks Media. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2008 tentang pornografi.
Wahyudi, ibnu.Dkk.1994. Erotisme Dalam Sastradan Bahasa. Jakarta: Usmawi.
http::unik.kompasiana.com/.../erotis-indonesia-punya-candi-yangreliefny di akses pada tanggal 14 Juli jam 12.00.
http//:istilahkata.com/tabloid.html di unggah pada tanggal 22 Juli 2012 jam 21.30).
http//:alwayskantry009.wordpress.com/.../apa-dan-bagaimana-tabloid-itu/ di unggah pada tanggal 22 Juli 2012 jam 23:30).
http//:alwayskantry009.wordpress.com/.../apa-dan-bagaimana-tabloid-itu/ di unggah pada tanggal 22 Juli 2012 jam 23:33.
http//:alwayskantry009.wordpress.com/.../apa-dan-bagaimana-tabolid-itu/ di unggah pada tanggal 22 Juli 2012 jam 23:27.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar