Selasa, 18 Juni 2013

Kritik Sastra dan Esai : Air Mata Anakku

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhv26dtxXMBk_7wk7gk885u6-sCjLityoHZZ7OCq5Hw6vOHQHyCmLCF3GUOGM4MerdCHZbJ0Q95Zv_NDoFURr0P5b5CLOtuRkyFUHgpZ5k6Fbb8tfWl78sQS3xwyXHbceO61ZnLDsFoHbB4/s1600/7+kebaikan+menangis.jpg



Nama                          : Lu’luul Mukarromah
Nim                             : 09-520-0157
Kelas                           : B/2009
Mata Kuliah               : Kritik Sastra dan Esai
Dosen Pembimbing   : M. Shoim Anwar
Judul Cerpen             : Air Mata Anakku

Dalam cerpen Air Mata Anakku Karya: M. Shoim Anwar menceritakan kehidupan seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan akibat terobsesi dengan harta dan jabatan yang ia miliki. Semuanya ia peroleh dengan mudah, serba praktis tanpa harus berusaha. Dimasa sekolahnya ia selalu menggunakan jalan pintas dan tidak mau repot, ini ilmu yang tanpa sadar telah diberikan pihak sekolah padanya, segala cara ia lakukan agar memperoleh apa yang ia inginkan.
Kekurangan dalam cerpen ini adalah pembaca yang merasa bingung dengan judul cerpen tersebut karena judul dalam cerpen tersebut hanya sedikit disinggung diakhir cerita yang terdapat dalam kutipan
“Tangis anakku tambah mengeras. Air matanya mengenai safariku. Santi, anak perempuan terakhirku, seakan tak rela melepas kepergianku ke kantor. Dia sesenggukan di dadaku. Baju safariku terasa makin basah oleh air matanya” ( hal 112).
 Dalam cerpen tersebut menggunakan  sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama yaitu dalam sudut pandang teknik ini, si ”aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ”aku”menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ”aku”, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian, si ”aku” menjadi tokoh utama (first person central) yang terdapat dalam kutipan
“Suasana sangat menyenangkan. Aku ingin duduk sebentar. Secangkir kopi dan roti beroles keju tersedia dimeja kecil dekat jendela. Aku benar-benar merasakan kenyamanan ini. Main tenis dengan istri telah kuselesaikan. Roti dan kopi sebagai hidangan pagi pun kunikmati.” (haL 100)
Kelebihan cerpen Air Mata Anakku karya M. Shoim Anwar itu sang pengarang begitu detail, runtut menceritakan kisah demi kisah sehingga pembaca seakan-akan merasa terbawa (terhanyut) dalam cerpen Air Mata Anakku karya M. Shoim Anwar tersebut.
Dalam kisah ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa apabila kita ingin mendapatkan sesuatu yang baik walaupun itu dari segi positif dan negative hendaknya kita jangan pernah melakukan kecurangan apalagi dalam pelaksanaan UAS yang pastinya setiap siswa akan melaksanakan UAS tersebut. Dari SD, SMP, dan SMA pun pasti ada UAS. Kita sebelum melaksanakan UAS kita sudah diberikan pelajaran tambahan berupa kisi-kisi soal berbentuk soal TryOut dan soal-soal lainnya yang dapat membantu dalam pelaksanaan UAS tersebut. Disamping itu kita juga harus berdoa dan bertawakkal kepada Alloh SWT agar diberikan kelancaran dalam menghadapi UAS. Kita harus yakin bahwa kita bisa menjadi yang terbaik tanpa harus melakukan kecurangan.
Jadi solusi dalam cerpen Air Mata Anakku karya M. Shoim Anwar itu sebaiknya kita jangan merasa bangga dengan adanya harta dan jabatan karena apabila kita memperolehnya dengan kecurangan maka hasilnya akan berakibat fatal bagi diri kita sendiri. Lebih baik kita memperolehnya dengan kejujuran, niat yang tulus dan baik pasti akan memperoleh hasil yang memuaskan. Harta yang kita dapat dari kecurangan pasti tidak akan bertahan lama dan jabatan yang kita duduki akan hilang. Misalnya kita sebagai calon guru apabila kita mempunyai siswa siswi hendaknya kita ajarkan mereka kejujuran agar kelak mereka menjadi orang yang sukses. Dan kedepannya nanti apabila mereka terjun kemasyarakat mereka selalu mengingat indahnya apabila kita selalu jujur.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar