Selasa, 18 Juni 2013

Kritik Sastra dan Esai : KIAI JOGOLOYO KARYA M. SHOIM ANWAR



Nama                          : Lu’luul Mukarromah
Nim                             : 09-520-0157
Kelas                           : B/2009
Mata Kuliah               : Kritik Sastra dan Esai
Dosen Pembimbing   : M. Shoim Anwar


KIAI JOGOLOYO KARYA M. SHOIM ANWAR
            Kiai Jogoloyo adalah seorang kiai yang bisa melayang ringan diatas sungai seperti bebek berenang sehingga beliau tampak anggun dan enak ditonton yang mengalahkan gerak nenek sihir yang terbang dengan sapunya. Kiai Jogoloyo adalah seorang ulama. Ulama adalah pemuka agama/pemimpin agama yang bertugas untuk mengayomi, membina umat islam baik dalam masalah-masalah agama maupun masalah sehari-hari yang diperlukan baik dari sisi keagamaan maupun sosial kemasyakatan yang terdapat di dalam kutipan:
Kiai Jogoloyo memang figur yang sangat dikenal dan berwibawa. Pondoknya juga dikenal dimana-mana. Santrinya datang dari berbagai penjuru. Banyak pejabat dan orang-orang penting sowan kepadanya. Ludahnya dikenal mustajab hal 212.
            Tujuan orang menjadi ulama agar bisa menegakkan ajaran-ajaran islam, serta memberi pelajaran pada orang awaam yang tidak mengerti akan agama secara singkat, misi yang diemban oleh seorang ulama yaitu kiai Jogoloyo ingin menjadi tumpuan dan panutan umat yang terdapat di dalam kutipan:
Kiai itu menjadi tumpuan dan panutan umat. Nasihatnya selalu diturut hal 212.
 Politik itu merupakan salah satu sarana atau komunikasi antara pemerintah dengan masyarakat sehingga apapun program yang dilaksanakan oleh pemerintah sesuai dengan keinginan-keinginan masyarakat dimana tujuan yang dicita-citakan dapat dicapai dengan baik. Tujuan orang masuk partai politik adalah untuk kesejahteraan masyarakat dan untuk menyalurkan inspirasi terhadap kepentingan negara.
            Setiap warga yang bermukim dinegara ini, maka dia berhak dan mempunyai wewenang untuk masuk pada partai politik yang ada di negara ini tidak terkecuali para ulama, buktinya di Indonesia banyak bermunculan partai-partai politik yang menjadi pelopor berdirinya adalah ulama. Jadi boleh saja ulama masuk partai politik sedangkan penyebab ulama masuk partai politik yaitu rasa ingin tahu yang besar dan timbul dari perasaan seorang ulama yang ingin mengetahui apa itu politik serta menyampaikan pentingnya ajaran agama yang harus diketahui oleh masyarakat yang terdapat di dalam kutipan:
Sudah waktunya kiai melek politik,”kata kiai Jogoloyo dalam orasinya,”Daripada Kiai dimakan oleh politik, maka lebih baik politik itulah yang dimakan oleh kiai hal 214
 Pondoknya juga sudah dibangun dan dapat bantuan dari partai. Modin lantas menunjukkan potongan berita dari koran soal hal tersebut hal 211.
 Kiai tidak boleh hanya berkutat pada kitab kuning. Kiai harus terlibat langsung dalam percaturan politik agar dapat mengontrol jalannya pemerintahan. Betul.........?” hal 215.
            Selama ulama tahu akan posisinya sebagai orang yang tahu akan ilmu agama, sedangkan ulama sudah lupa akan kedudukannya maka ulama tersebut akan terjerumus pada arus politik kotor yang terdapat di dalam kutipan:
Esok paginya, dihalaman depan koran tertulis judul berita utama: Politikus Partai Kecemplung Kali” hal 218.
Partai kita adalah partai yang paling banyak kiainya! Maka jangan ragu-ragu, kita coblos beramai-ramai! Kita pasti menang!” hal 215.
 Ada banyak ulama yang masuk partai politik yaitu Nur Cahya dan Ra Fannan. Hubungan ulama dan partai politik adalah orang yang pandai dari segi agama sedangkan partai politik adalah wadah bagi orang-orang yang ingin menyampaikan inspirasinya, jadi bagi ulama partai politik adalah tempat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar